masih ingat kantong waktu?
Filosofi
dasar:
-
Kereta
tidak boleh berangkat dari stasiun lebih cepat dari jadwal, terutama di stasiun
naik turun penumpang.
-
Pada
jalur dengan sistem persinyalan manual.
-
Tidak
pada sistem persinyalan otomatis dan dilengkapi sistem proteksi ATP dan
sejenisnya.
Kantong
waktu bisa terjadi karena adanya selisih "kecepatan maksimum jalur" dengan
"kecepatan operasional".
Tujuannya
kantong waktu untuk mengejar keterlambatan.
Jika
kecepatan operasional ditetapkan 80% dari kecepatan maksimum jalur, maka dapat
dibuat exercise cara menghitung kantong waktu.
Misal:
Jarak
Stasiun A ke Stasiun B adalah 50 km.
Kecepatan
maks jalur 100 km/jam
Kecepatan
operasional kereta ditetapkan 80 km/jam.
Jika
kecepatan operasional ditetapkan sama dengan kecepatan maksimum jarur, maka
jarak 50 km dapat ditempuh dalam waktu 30 menit lebih, “lebih” di sini karena
memperhitungkan waktu percepatan dan waktu perlambatan.
(dalam
kasus ini waktu percepatan dan waktu perlambatan kita abaikan).
Karena
kecepatan kereta dibatasi hanya 80 km/jam, maka 50 km dapat ditempuh dalam
waktu: (50 km x 60 menit) / 80 km = 37,5 menit.
Sehingga
jika ada KA terlambat, maka di km berikutnya dapat mengejar keterlambatan
dengan memacu kecepatan di atas kecepatan operasional tapi dibawah
kecepatan maksimum jalur. Harapannya perjalanan KA yang terlambat akan menjadi
tepat kembali.
Konsep
kantong waktu dapat dihilangkan dengan menambah waktu tempuh operasional, sehingga
ketika kereta tiba distasiun lebih cepat, maka KA akan tetap diberangkatkan
sesuai waktu keberangkatannya dengan demikian tidak ada kesan kereta terlambat.
Namun
jika sistem sudah menggunakan ATP dan sejenisnya hal di atas tdk dapat dilakukan,
karena sistem akan memproteksi dari pelanggaran kecepatan yang telah diinput
dalam sistem ATP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda dapat memberikan komentar di sini